Si goni biasanya digunakan sebagai pembukus beras dan juga sayuran dan setiap kali dipakai harga jualnya pasti turun. Tapi setelah ditangan para pengrajin nilai jualnya bisa naik hingga 1 juta Rupiah per unit.Sama dengan kulit yang bisa dijadikan sepatu kulit dan tas kulit, mereka dapat menyulap karung goni menjadi aneka barang seperti sepatu, taplak meja, tas, hingga kaligrafi.
Salah satu pengrajin sepatu mengaku mendapat inspirasi setelah melihat potensi dari tumpukan karung goni bekas. Dan hal ini juga sangat sejalan dengan animo masyarakat yang sedang tinggi akan berbagai produk daur ulang. Sepatu yang dihasilkan dari karung goni sangat variatif dan mengikuti tren pasar akan sepatu berbahan dasar kanvas. Karung goni memiliki struktur serat yang sama dengan kanvas sehingga hasil sepatunya pun memiliki kualtas yang hamper sama dengan sepatu berbahan dasar kanvas.
Kain goni yang digunakan pun tidak asal pilih. Karung goni yang tipislah yang dipilih, karena sangat mudah untuk dibentuk. Sebelum dibentuk menjadi sepatu, karung goni direndam selama semalam untuk merontokkan serabut-serabutnya, baru setelah dijemur karung goni mulai dijahit dan dibentuk.
Dalam sepekan rata-rata para pengrajin sepatu ini mampu menghasilkan 50 pasang sepatu serta masing-masing sebuah taplak meja, tempat tisu dan tutup gallon setiap harinya. Harga yang di cantumkan pun bisa dibilang cukup murah. Untuk sepatu dihargai sekitar Rp150.000 per pasang, taplak meja dijual seharga Rp. 75.000 hingga Rp 250.000 untuk ukuran 3 meter, dan untuk tas dan tempat tisu dibanderol seharga Rp 50.000. Dalam sebulan rata-rata para pengrajin membutuhkan bahan sebanyak 500 lembar karung goni seharga Rp. 10.000 per lembarnya. Dan omzet yang mereka hasilkan dalam sebulan dapat mencapai 10 juta dan 20 juta rupiah ketika pasar sedang ramai.
Selain digunakan untuk membuat sepatu, ada juga para pengrajin yang menggunakan karung goni sebagai media kaligrafi dengan cara dibatik. Meski terbilang cukup sulit karena media lukis tersebut memiliki pori-pori cukup kasar. Pola lukis dibuat berukuran 60 x 80 cm. dan cara melukisnya pun menggunakan canting di kedua sisi kain goni tersebut. Sama dengan cara membatik pada kain, setelah dibatik karung goni kemudian dorotkan malamnya di air mendidih kemudian masuk ke bagian pewarnaan lagi. Dalam proses pewarnaan terdapat 2 cara aitu dengan cara disemprot dan dicelupkan. Akan tetapi jika ingin menggabungkan banyak warna lebih baik menggunakan cara disemprotkan. Setelah jadi kemudian batik karung goni dimasukkan ke dalam figura dan di beri hiasan untuk lebih memperindah.
Pembuatan kaligrafi yang memakan waktu 10 hingga 15 hari dalam setiap pembuatannya di banderol seharga Rp. 800.000 per kaligrafi. Hal ini sangat sepadan dengan tingkat kesulitan dan proses yang dilakukan dalam setiap pembuatannya. Pemasaranny pun tidak hanya di sekitar Boyolali, tapi juga sudah sampai keluar kota seperti ke Jakarta, Medan, dan Makassar.
Meski karung goni awalnya hanyalah sebuah pembungkus beras dan sayuran, jika kita bisa melihat dengan cara sudut kreatif, kita dapat menghasilkan produk bernilai jual tinggi. Tidak kalah dengan sepatu kulit, sepatu karung goni pun bisa berkembang menjadi komoditi ekspor terbesar di indonesia
0 komentar:
Posting Komentar